Welcome

Delete this widget from your Dashboard and add your own words. This is just an example!

Homicide Bandung

Selasa, 19 November 2013

Homicide Pre-'Godzkilla'
Homicide berdiri pada tahun 1994 dan saat itu hiphop lokal masih dalam proses penemuan bentuknya. Skena hiphop di Indonesia masih dalam proses pembentukannya. Bibit-bibitnya sudah hadir saat Iwa-K merilis album pertama dan diikuti oleh proyek-proyek kompilasi Musica yang menampilkan grup-grup hip-hop lokal dengan macam-macam variannya. Homicide pula besar di era itu. Hanya saja latar belakang mereka sama sekali bukan skena hip-hop melainkan skena independen Bandung yang dipadati oleh band-band punk, hardcore dan metal. Mereka hilir mudik di skena underground Bandung sejak penampilan mereka di ajang Hullabaloo legendaris yang saya saksikan semasa masih berseragam SMA di sekitar tahun 1994. Mulai terdengar gaungnya setelah kemunculan mereka pada lagu "United Fist" di album kedua milik Puppen, band hardcore Bandung yang cukup populer di kalangan bawah tanah nasional saat itu. Semakin kencang setelah lagu pertama mereka "State of Hate" hadir di kompilasi band-band Bandung, "Brain Beverages" di sekitar tahun 1998/99 yang didistribusikan cukup luas untuk ukuran album independen. Homicide tampil cukup mencolok sebagai satu-satunya grup hip-hop diantara grup-grup punk, hardcore dan metal di album kumpulan itu.
Di luar dua lagu tadi, agak sulit menemukan jejak mereka kecuali di beberapa lagu milik band Bandung lainnya di mana mereka atau salah satu dari mereka memberi kontribusi rima. Materi-materi single mereka saat itu kebanyakan ditulis dalam Bahasa Inggris, jadi meski bagus agak sulit untuk menilai kontribusi mereka sebagai bagian dari terobosan hip-hop tanah air. Hingga akhirnya pada tahun 2002 mereka membuat sebuah album pembuktian nama mereka yang bertahun-tahun ditunggu.
Anak Haram Hip-Hop Lokal
Pada dasarnya album ini tak cukup dibilang sebagai album karena memang hanya terdiri dari satu Intro dan lima lagu, tapi banyak yang menilai album ini sebagai rilisan penting yang patut dicatat. Diedarkan secara terbatas, 'Godzkilla' ini banyak dikenal orang sebagai bagian dari split album dengan band saudara mereka Balcony berjudul Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan lebih dikarenakan jumlah dan jangkauan distribusi album split itu lebih luas.
Berbeda dengan hip-hop lokal saat itu yang identik dengan musik yang dibuat oleh Guest Studio dan rilisan musik rap kubu Musica, Godzkilla yang diproduseri penuh oleh Morgue Vanguard jauh meninggalkan stereotipikal hip-hop lokal era 1990-an. Mengakar langsung pada hip-hop Pantai Timur Amerika, album ini bisa dianggap sebagai anak haram yang tak punya orang tua, dan terdengar melampaui zamannya. Dibangun dengan metoda sampling (mengambil elemen rekaman lain dan merekonstruksi ulang dalam komposisi hip-hop) Morgue Vanguard (yang lebih dikenal dengan nama Ucok Homicide) mencomot sample dengan telaten dari katalog musik yang ia konsumsi; hardcore hiphop, funk, jazz bahkan metal, punk dan musik-musik eksperimental. Sesuatu yang belum lazim kala itu.
Dari beat yang mengkombinasi old-school dan new-school hiphop seperti 'Boombox Monger', 'Altar Ruins' yang eksperimental, 'Puritan' dan 'Semiotika Rajatega' yang sangat 1990-an, sampai 'From Ashes Rise' yang agak bernuansa punk. Sulit untuk tidak mengatakan jika yang mereka tampilkan secara musikalitas pernah dibawakan oleh rapper-rapper lokal sebelum mereka. Termasuk dalam hal komposisi yang sama sekali keluar dari pakem hip-hop nusantara saat itu. Ketukan janggal, cara menumpuk beat dengan sembarang namun keren, komposisi tanpa chorus bahkan scratch paling brutal sampai pada era itu hanya bisa ditemukan di album ini.
Lirik Neraka
Namun tak ada yang lebih diingat orang dari album ini selain lirik mereka. Bagi saya pribadi, tak pernah sebelumnya mendengar lirik (hiphop atau bukan) yang setajam dan mengerikan sekaligus super-cerdas seperti mereka. Tak hanya frontal dan liar, Sarkasz dan Morgue Vanguard menulis lirik dengan kadar intelektual tinggi. Membukakan mata saya pada sejauh dan se-mematikan apa bahasa Indonesia bisa dipakai dalam lirik hip-hop.
Saya mendengar hip-hop sudah cukup lama, namun tak pernah sebelumnya paham benar apa kehebatan metafora dalam lirik hip-hop karena selama ini hanya hip-hop Bahasa Inggris yang saya konsumsi. Terus terang musik hip-hop lokal kala itu tak cukup menarik perhatian saya. Dampaknya biasa-biasa. Namun akhirnya saya menjadi mengerti bagaimana metafora dan majas pengandaian bekerja luar biasa dalam sebuah bahasa saat Homicide membuatnya dalam Bahasa Indonesia. Ada cerita suatu hari saya bertemu seorang teman dari Malaysia, dan ia berujar betapa cemburunya dia pada orang Indonesia yang memiliki bahasa demikian kuat karakternya dan begitu enak dibuat lirik rap setelah ia mendengar Homicide.
Dengan cara berima yang bombastis memberondong mereka otomatis terpisahkan dari semua rapper yang datang sebelumnya di mana mereka hanya nyerocos biasa-biasa saja. Saya seperti merasakan ekstasi menikmati larik-larik yang mengingatkan saya dengan puisi-puisi Afrizal Malna, yang penuh dengan nama-nama dan benda-benda namun dalam kadar yang lebih jelas, tegas dan keras. Membentang dari 'Abu Jahal' hingga 'Neoliberal'. 'Valhalla' sampai 'Tampomas'. Nyaris semua lirik mereka layak kutip, dan jika saya lakukan saya akan kehabisan jatah sekian karakter sebagai syarat tulisan ini.
Larik-larik mereka adalah sebuah ekstasi dalam pencernaan para pendengarnya. Kalimat-kalimat metafor panjang, penyusunan kalimat ber-rima yang mengagetkan, penggunaan kata-kata kasar yang efektif juga penggunaan kosakata yang tidak lazim yang memaksa saya bolak-balik buka kamus berusaha ingin memahami lirik mereka secara menyeluruh. Mereka jelas membuat cetak biru baru bagi para rapper lokal dalam hal bagaimana nge-rap brutal, keren dan intelektual. Silahkan tengok ke luar sana betapa bejibunnya rapper-rapper lokal yang terpengaruh mereka, jika tidak dari cara nge-rap, flow, penggunaan kosakata atau cara menstruktur rima. Tentu kita tak lupa juga dampak dari lirik-lirik mereka yang kontroversial itu, juga pengaruh mereka di ranah musik non-hiphop. Beberapa musisi lokal dari Arian Seringai, Cholil Efek Rumah Kaca hingga band-band metal yang mengakui kehebatan Homicide dalam meracik lirik. Bahkan tak pelak, seorang rapper yang beroposisi dengan mereka, Thufail Al Ghifari, tak bisa menghindari pengaruh mereka dari sisi teknis rap digdaya Homicide.
Dari kacamata isi lirik, Homicide menawarkan sesuatu yang baru di khazanah musik lokal. Meskipun bisa disebut

Homicide berideologi kiri, mereka pada prakteknya tak sekedar membuat lagu dengan tema-tema perlawanan, namun menaikkan derajatnya dengan menyuntikkan eksistensialisme dengan dosis tinggi pada setiap rimanya. Sesuatu yang sulit ditemukan pada lirik-lirik politis lokal yang banyaknya berkiblat pada mahzab 'realisme sosialis' klasik. Ini mengingatkan kita pada kekuatan lirik politik ala punk rock yang berlawan tapi juga individualistik. Mungkin dari sini salah satu sumber anekdot kala itu yang menyebut Homicide sebagai "grup hiphop yang lebih punk dari grup punk lokal kebanyakan, grup punk yang lebih hiphop dari grup hiphop se-nusantara."
Post-'Godzkilla'
Sarkasz pasca album ini mengundurkan diri dan meninggalkan Morgue Vanguard melanjutkan Homicide untuk menghasilkan dua EP lagi. Lirik dan musik Homicide tetap terjaga meski Morgue Vanguard jalan sendirian dibantu beberapa musisi cabutan (kecuali DJ-E yang setia sampai Homicide bubar). Album ini tak hanya layak dicatat sebagai album pendobrak dalam skena hiphop lokal, tapi juga dalam sejarah musik nasional. Bagi mereka sendiri, album ini merupakan cetak biru musik dan lirik mereka yang dikemudian hari berevolusi dan mencapai puncaknya pada album Barisan Nisan, yang bisa dibilang sebagai mahakarya mereka. Jejaknya masih terasa ketika mereka merilis album terakhir mereka Illsurrekshun di mana Sarkasz sempat kembali bertamu di dua lagu saja. Dirilis tepat di bulan dan tahun mereka membubarkan diri.***

0 komentar:

Posting Komentar