Homicide Pre-'Godzkilla'
Homicide berdiri pada tahun 1994 dan saat itu hiphop lokal masih dalam
proses penemuan bentuknya. Skena hiphop di Indonesia masih dalam proses
pembentukannya. Bibit-bibitnya sudah hadir saat Iwa-K merilis album
pertama dan diikuti oleh proyek-proyek kompilasi Musica yang menampilkan
grup-grup hip-hop lokal dengan macam-macam variannya. Homicide pula
besar di era itu. Hanya saja latar belakang mereka sama sekali bukan
skena hip-hop melainkan skena independen Bandung yang dipadati oleh
band-band punk, hardcore dan metal. Mereka hilir mudik di skena
underground Bandung sejak penampilan mereka di ajang Hullabaloo
legendaris yang saya saksikan semasa masih berseragam SMA di sekitar
tahun 1994. Mulai terdengar gaungnya setelah kemunculan mereka pada lagu
"United Fist" di album kedua milik Puppen, band hardcore
Bandung yang cukup populer di kalangan bawah tanah nasional saat itu.
Semakin kencang setelah lagu pertama mereka "State of Hate" hadir di kompilasi band-band Bandung, "Brain Beverages"
di sekitar tahun 1998/99 yang didistribusikan cukup luas untuk ukuran
album independen. Homicide tampil cukup mencolok sebagai satu-satunya
grup hip-hop diantara grup-grup punk, hardcore dan metal di album
kumpulan itu.
Di luar dua lagu tadi, agak sulit menemukan jejak mereka kecuali di
beberapa lagu milik band Bandung lainnya di mana mereka atau salah satu
dari mereka memberi kontribusi rima. Materi-materi single mereka saat
itu kebanyakan ditulis dalam Bahasa Inggris, jadi meski bagus agak sulit
untuk menilai kontribusi mereka sebagai bagian dari terobosan hip-hop
tanah air. Hingga akhirnya pada tahun 2002 mereka membuat sebuah album
pembuktian nama mereka yang bertahun-tahun ditunggu.
Anak Haram Hip-Hop Lokal
Pada dasarnya album ini tak cukup dibilang sebagai album karena memang
hanya terdiri dari satu Intro dan lima lagu, tapi banyak yang menilai
album ini sebagai rilisan penting yang patut dicatat. Diedarkan secara
terbatas, 'Godzkilla' ini banyak dikenal orang sebagai bagian dari split album dengan band saudara mereka Balcony berjudul Hymne Penghitam Langit dan Prosa Tanpa Tuhan lebih dikarenakan jumlah dan jangkauan distribusi album split itu lebih luas.
Berbeda dengan hip-hop lokal saat itu yang identik dengan musik yang
dibuat oleh Guest Studio dan rilisan musik rap kubu Musica, Godzkilla yang
diproduseri penuh oleh Morgue Vanguard jauh meninggalkan stereotipikal
hip-hop lokal era 1990-an. Mengakar langsung pada hip-hop Pantai Timur
Amerika, album ini bisa dianggap sebagai anak haram yang tak punya orang
tua, dan terdengar melampaui zamannya. Dibangun dengan metoda sampling
(mengambil elemen rekaman lain dan merekonstruksi ulang dalam komposisi
hip-hop) Morgue Vanguard (yang lebih dikenal dengan nama Ucok Homicide)
mencomot sample dengan telaten dari katalog musik yang ia konsumsi;
hardcore hiphop, funk, jazz bahkan metal, punk dan musik-musik
eksperimental. Sesuatu yang belum lazim kala itu.
Dari beat yang mengkombinasi old-school dan new-school hiphop seperti 'Boombox Monger', 'Altar Ruins' yang eksperimental, 'Puritan' dan 'Semiotika Rajatega' yang sangat 1990-an, sampai 'From Ashes Rise'
yang agak bernuansa punk. Sulit untuk tidak mengatakan jika yang mereka
tampilkan secara musikalitas pernah dibawakan oleh rapper-rapper lokal
sebelum mereka. Termasuk dalam hal komposisi yang sama sekali keluar
dari pakem hip-hop nusantara saat itu. Ketukan janggal, cara menumpuk
beat dengan sembarang namun keren, komposisi tanpa chorus bahkan scratch paling brutal sampai pada era itu hanya bisa ditemukan di album ini.
Lirik Neraka
Namun tak ada yang lebih diingat orang dari album ini selain lirik
mereka. Bagi saya pribadi, tak pernah sebelumnya mendengar lirik (hiphop
atau bukan) yang setajam dan mengerikan sekaligus super-cerdas seperti
mereka. Tak hanya frontal dan liar, Sarkasz dan Morgue Vanguard menulis
lirik dengan kadar intelektual tinggi. Membukakan mata saya pada sejauh
dan se-mematikan apa bahasa Indonesia bisa dipakai dalam lirik hip-hop.
Saya mendengar hip-hop sudah cukup lama, namun tak pernah sebelumnya
paham benar apa kehebatan metafora dalam lirik hip-hop karena selama ini
hanya hip-hop Bahasa Inggris yang saya konsumsi. Terus terang musik
hip-hop lokal kala itu tak cukup menarik perhatian saya. Dampaknya
biasa-biasa. Namun akhirnya saya menjadi mengerti bagaimana metafora dan
majas pengandaian bekerja luar biasa dalam sebuah bahasa saat Homicide
membuatnya dalam Bahasa Indonesia. Ada cerita suatu hari saya bertemu
seorang teman dari Malaysia, dan ia berujar betapa cemburunya dia pada
orang Indonesia yang memiliki bahasa demikian kuat karakternya dan
begitu enak dibuat lirik rap setelah ia mendengar Homicide.
Dengan cara berima yang bombastis memberondong mereka otomatis
terpisahkan dari semua rapper yang datang sebelumnya di mana mereka
hanya nyerocos biasa-biasa saja. Saya seperti merasakan ekstasi
menikmati larik-larik yang mengingatkan saya dengan puisi-puisi Afrizal
Malna, yang penuh dengan nama-nama dan benda-benda namun dalam kadar
yang lebih jelas, tegas dan keras. Membentang dari 'Abu Jahal' hingga
'Neoliberal'. 'Valhalla' sampai 'Tampomas'. Nyaris semua lirik mereka
layak kutip, dan jika saya lakukan saya akan kehabisan jatah sekian
karakter sebagai syarat tulisan ini.
Larik-larik mereka adalah sebuah ekstasi dalam pencernaan para
pendengarnya. Kalimat-kalimat metafor panjang, penyusunan kalimat
ber-rima yang mengagetkan, penggunaan kata-kata kasar yang efektif juga
penggunaan kosakata yang tidak lazim yang memaksa saya bolak-balik buka
kamus berusaha ingin memahami lirik mereka secara menyeluruh. Mereka
jelas membuat cetak biru baru bagi para rapper lokal dalam hal bagaimana
nge-rap brutal, keren dan intelektual. Silahkan tengok ke luar sana
betapa bejibunnya rapper-rapper lokal yang terpengaruh mereka, jika
tidak dari cara nge-rap, flow, penggunaan kosakata atau cara menstruktur
rima. Tentu kita tak lupa juga dampak dari lirik-lirik mereka yang
kontroversial itu, juga pengaruh mereka di ranah musik non-hiphop.
Beberapa musisi lokal dari Arian Seringai, Cholil Efek Rumah Kaca hingga
band-band metal yang mengakui kehebatan Homicide dalam meracik lirik.
Bahkan tak pelak, seorang rapper yang beroposisi dengan mereka, Thufail
Al Ghifari, tak bisa menghindari pengaruh mereka dari sisi teknis rap
digdaya Homicide.
Dari kacamata isi lirik, Homicide menawarkan sesuatu yang baru di
khazanah musik lokal. Meskipun bisa disebut
Homicide berideologi kiri, mereka pada prakteknya tak sekedar membuat lagu dengan tema-tema perlawanan, namun menaikkan derajatnya dengan menyuntikkan eksistensialisme dengan dosis tinggi pada setiap rimanya. Sesuatu yang sulit ditemukan pada lirik-lirik politis lokal yang banyaknya berkiblat pada mahzab 'realisme sosialis' klasik. Ini mengingatkan kita pada kekuatan lirik politik ala punk rock yang berlawan tapi juga individualistik. Mungkin dari sini salah satu sumber anekdot kala itu yang menyebut Homicide sebagai "grup hiphop yang lebih punk dari grup punk lokal kebanyakan, grup punk yang lebih hiphop dari grup hiphop se-nusantara."
Homicide berideologi kiri, mereka pada prakteknya tak sekedar membuat lagu dengan tema-tema perlawanan, namun menaikkan derajatnya dengan menyuntikkan eksistensialisme dengan dosis tinggi pada setiap rimanya. Sesuatu yang sulit ditemukan pada lirik-lirik politis lokal yang banyaknya berkiblat pada mahzab 'realisme sosialis' klasik. Ini mengingatkan kita pada kekuatan lirik politik ala punk rock yang berlawan tapi juga individualistik. Mungkin dari sini salah satu sumber anekdot kala itu yang menyebut Homicide sebagai "grup hiphop yang lebih punk dari grup punk lokal kebanyakan, grup punk yang lebih hiphop dari grup hiphop se-nusantara."
Post-'Godzkilla'
Sarkasz pasca album ini mengundurkan diri dan meninggalkan Morgue
Vanguard melanjutkan Homicide untuk menghasilkan dua EP lagi. Lirik dan
musik Homicide tetap terjaga meski Morgue Vanguard jalan sendirian
dibantu beberapa musisi cabutan (kecuali DJ-E yang setia sampai Homicide
bubar). Album ini tak hanya layak dicatat sebagai album pendobrak dalam
skena hiphop lokal, tapi juga dalam sejarah musik nasional. Bagi mereka
sendiri, album ini merupakan cetak biru musik dan lirik mereka yang
dikemudian hari berevolusi dan mencapai puncaknya pada album Barisan Nisan, yang bisa dibilang sebagai mahakarya mereka. Jejaknya masih terasa ketika mereka merilis album terakhir mereka Illsurrekshun di mana Sarkasz sempat kembali bertamu di dua lagu saja. Dirilis tepat di bulan dan tahun mereka membubarkan diri.***
0 komentar:
Posting Komentar